Salam Redaksi Audio Sultan

Ada pameo biar kamu punya mobil Lamborghini Aventhador dan rumah di Pondok Indah Metro tetapi kalau cuma memakai speaker bluetooth portable – tetap kamu bukan “Sultan” sesungguhnya. Barangkali benar bahwa perkembangan bisnis audio di negara kita terutama audio high end kurang menggembirakan. Konon kita kalah dari Thailand, Malaysia, apalagi dibanding dengan Hongkong dan Singapura. Padahal di Eropa termasuk Inggris dan di Amerika Utara – bisnis audio high end tetap eksis, ini dapat dilihat dari perkembangan produknya yang tetap stabil –benar ada brand yang pudar tetapi lebih banyak brand yang lahir. Indonesia pernah mencapai masa kejayaan audio hifi ketika beragam brand dari Jepang, Eropa dan Amerika menyerbu Indonesia di sekitar tahun 1970 sampai awal milenial 2000. Selaras dengan berkembangnya dunia IT dan kemajuan teknologi audio portable maka peminat audio terutama anak muda bergeser kearah perangkat audio mini dan inner phone. Perangkat ini sesungguhnya diciptakan untuk keperluan berpergian bukan untuk pemakaian rumah tangga. Barang kali banyak orang berpunya yang mampu membeli perangkat yang lebih baik dari pada yang dipakai sekarang. Masalahnya selama pandemi covid selama hampir tiga tahun tidak ada event pameran audio lagi sehingga mereka tidak mengetahui atau tidak terpacu untuk mempunyai perangkat audio kelas sultan. Sehubungan dengan hal tersebut, kami bersama para pengusaha butik audio berusaha menggairahkan kembali hobi audio hi end di Indonesia. Mudah mudahan usaha kami ini berhasil menyemarakan aktivitas dunia audio high end di negara kita. Sengaja kami menamakan majalah ini “Audio Sultan” semata untuk memicu keinginan tahu para eksekutif muda dan mempelajarinya lalu menyukainya.

 

Get the latest news update! Follow us on :

FB: Audio Sultan  |  IG: audiosultan  |  Youtube: majalah audiosultan

www.audiosultan.com
audiosultan readers (08129316145)
Gramedia Digital