Sedari dahulu kotak speaker dibutuhkan sebagai perangkap suara sekaligus memperkuat suara. Namun masalahnya kotak speaker juga memberi warna pada reproduksi suara. Warna suara aseli yang berasal dari driver bisa berbeda dengan suara speaker yang drivernya sudah terpasang di kabinet speaker. Itulah sebabnya Lawrence Dickie – yang merancang speaker Vivid Audio (Belanda) – ingin menciptakan speaker yang reproduksi suaranya seperti suara aseli driver. Peran akustik dari kabinet speaker dikurangi sebanyak mungkin (selain sebagai pemblokir gelombang suara belakang). Penampilan speaker Vivid Audio tipe Giya G2 series 2 memang unik, kabinetnya berbentuk butiran air hujan dan semampai keatas. Ada “kuncir” di atas kabinet yang menambah keunikannya. Lapisan luar kabinet speaker yang berwarna putih dikerjakan secara hati hati demikian halus mulus – mencitrakan produk kelas sultan. Perangkat yang kami pakai:
——————————————boks———————————————-
- Streaming & DAC : dCS Rossini
- Pre Amplifier : Gryphon Essence
- Power Amplifier : JMF HQS 6002
- Power Conditioner : JMF PCD 102
- Speaker : Vivid Audio Giya G2 Serie 2
- Perkabelan (seluruhnya) : Nordost Valhalla 2
———————————————————————————————–
Harga seluruh sistem ini sekitaran 4 eman – tidak murah tetapi menyajikan musik setara kelas Sultan.
Speaker Vivid Audio Giya G2 Serie 2
Filosofi disain Vivid Audio Giya G2 Serie 2 adalah bebas dari pengaruh pewarnaan kabinet (kotak) speaker. Targetnya adalah merancang speaker dengan suara aseli driver bukan suara kotak speaker. Giya G2 Series 2 adalah speaker 4 jalur dengan 2 woofer dipasang bertolak belakang, 1 mid range, 1 mid high dan 1 tweeter. Silahkan baca artikel sebelumnya “Saya Bukan Audiophile, Saya Music Lover”, sebelum membaca Review Sistem Audio ini. Reproduksi suaranya mungkin agak kurang familiar karena kita seringnya mendengar reproduksi suara kotak speaker – bukan suara driver aselinya. Bila anda ingin menyimak warna suara aseli penyanyi atau bunyi instrument musik, cobalah memakai speaker G2 Serie 2 ini.
Streaming & DAC dCS Rossini
DAC dCS Rossini adalah perangkat DAC (Digital to Audio Converter) yang sekaligus sebagai streamer melalui beragam standar masukan digital seperti USB, AES, dan S/PDIF dan stream lewat Ethernet dari NAS untuk menyalurkan data music service seperti TIDAL, Qobuz, Spotivy, Radio Internet dan dari perangkat Apple lewat Airplay.
Pre Amp Gryphon Essence
Sinyal analog dari dCS Rossini diumpan ke pre amplifier Gryphon Essence. Pre amp ini dirancang bekerja pada kelas A murni. Oleh karena bekerja dalam kelas A murni maka dibutuhkan lubang angin untuk mendinginkan heat sink transistor (solid state) serta casis yang lumayan besar – menjadikan penampilan fisiknya mirip power amp katimbang pre amp. Reproduksi suaranya lebih murni dari pre amp jenis lain yang bekerja pada kelas B atau AB.
Power Amp JMF HQS 6002
Dipakai dua power amp mono yang disatukan dalam satu casis – membentuk power amp stereo JMF HQS 6002 berdaya sembur 2 x 250 Watts (beban 8 Ohm). Amplifier buatan Amerika ini mampu “menjerit”. Dalam arti kata amplifier ini berdinamika tinggi dari level musik rendah hingga tinggi mampu mensuplai tenaga tanpa kesan ‘kedodoran’.
Power Condioner JMFPCD -102
Berkenaan dengan ultah JMF yang ke 35 maka dirilis JMF PCD-102. Perangkat buatan Perancis berfungsi sebagai penapis suplai daya dari gangguan dari PLN dan luar seperti sinyal radio dan sebagainya. Dengan perangkat ini maka S/N sound bertambah. Di saat hening akan lebih hening. Juga gangguan spark seperti induksi kilat tidak masuk ke jalur daya. Perangkat ini juga mencegah polarisasi catudaya yang terbalik. Semua perangkat menjadi satu arah kutub. Sehingga repro suara lebih terbuka.
Uji Dengar
Uji dengar dilakukan di studio 2 dari butik Audio Jaya bersama Jonathan sang juragan butik dan Ewald Verkerk manajer pemasaran & penjualan Vivid Audio dari Belanda. Setelah Ewald selesai menjelaskan tentang keistimewaan speaker Giya G2 serie 2, maka melalui aplikasi RON dan music service TIDAL, Ewald memilihkan beberapa lagu dan memutarkannya untuk kami. Dari penyimakan ini – kami ketahui bahwa reproduksi suaranya agak beda dari yang biasa kami simak melalui speakerpada umumnya. Terutama untuk perkusi bunyi pukulan “tik tok” atau “bell” tersimak seperti bunyi aselinya. Yang paling gamblang bunyi perangkat musik putar box (lihat foto). Bunyi perangkat ini seakan berada di tangan pemain. Jika perangkat ini dilekatkan pada papan kayu maka bunyinya bertambah kuat tapi warna bunyi perangkat putar ini jadi berbeda. Bunyi perangkat putar box repro Vivid speaker lebih detil lepas dari pewarnaan papan baffle speaker. Yang paling heboh bunyi alat tiup menjadi lebih pure lebih detil. Sedangkan untuk bunyi bass tersimak lebih detil tapi agak kaku. Kami kira ini karena speaker baru keluar dari dus kemasan, belum melewati masa indreyen. Kalau sudah digunakan beberapa hari suaranya lebih musical. Terus terang pilihan musik Ewald payah, kami minta diputarkan “female vocal” – dia tertawa terkekeh. Di dunia audiophile kalau kita request female vocal maka diputarkan Norah Jones (di Amerika) atau Susy Wong (di Singapura). Tapi dia bilang female vocal? Untuk apa? Rupanya Ewald seorang music lover bukan audiophile – ala mak!! Wk..wk..wk.